1818 MDPL untuk Gunung Manglayang

"Lu mau ikut naek ga?"
Kalimat pertanyaan singkat dari Ican yang aku baca di layar HPku pada hari Jumat pagi. Ya, dari beberapa minggu yang lalu dia emang lagi cari teman buat naik gunung. Tapi belum sempat aja keinginan buat naik gunung gara-gara ga ada teman atau bahkan udah ada teman tapi ternyata pas sampai di kaki gunung malah dapat kabar kalau gunungnya lagi kebakaran, alhasil naik gunung pun batal lagi.
Karena lagi ga ada acara apa pun, ya udah aku setuju sama rencana Ican buat naik gunung di minggu itu. Kesepakatan dibuat, akhirnya aku, Ican, Desta dan Triksi akan ke Gunung Manglayang, hari Minggu berangkat bareng-bareng dari Buah Batu. Kenapa Triksi, adikku, ikut juga? Karena dia juga udah dari lama ingin naik gunung tapi belum kesampaian juga, jadi selagi ada kesempatan, aku ajak dia juga deh.
Minggu pagi aku dan Triksi udah nangkring di Kosan Garuda daerah Telkom University, kosannya Desta, nungguin Desta dan Ican packing. Jam setengah 6 pagi akhirnya kita berangkat menuju Manglayang. Jalur naik yang kita ambil adalah dari Bumi Perkemahan Batu Kuda dan kita naik gunung tek-tok atau bahasa kerennya 'One Day Hiking', naik gunung dan langsung turun lagi, ga pake acara camping di sana.
Sampai di BuPer Batu Kuda, mengisi data di pos lapor pendakian dan melakukan pemanasan sebentar, jam setengah 8 kita mulai mendaki ke Gunung Manglayang. Cuaca hari itu cerah banget, bikin makin semangat untuk mendaki. Di awal perjalanan kita langsung disuguhi hutan pinus kemudian jalur yang menanjak. Gunung Manglayang ini berbatasan dengan Kab. Sumedang dan termasuk dalam rangkaian gunung yang berkaitan dengan legenda Sangkuriang, yaitu Gunung Tangkuban Perahu, Burangrang, Bukit Tunggul, dan Manglayang. Gunung Manglayang adalah gunung yang paling rendah dari keempat gunung tersebut, hanya 1818 MDPL. Yap, terlihat mudah memang namun jangan pernah remehkan gunung ini, kecil-kecil cabe rawit, rendah tapi jalurnya sangat menantang, jalur menanjak terus-menerus dengan kemiringan 30-70 derajat membuat lutut menjadi sejajar dengan dada dan bonus jalur landai yang hanya sedikit, tanah gembur yang sangat licin, dan tanjakan berbatu. Berkali-kali ada batu yang menggelending dan hampir memakan korban. Beda dengan jalur di Gunung Burangrang yang naik turun dan banyak jalur landainya. 
Setelah 2,5 jam akhirnya kita pun sampai di Puncak Manglayang 1818 MDPL, di sini lumayan luas untuk mendirikan beberapa tenda dan terdapat makam keramat tapi ga ada pemandangan yang bisa kita lihat karena tertutup oleh pepohonan. Berbeda dengan Puncak Bayangan yang memiliki view 180 derajat Kota Bandung, di situ kalian bisa melihat citylight atau pun sunrise yang keren.
Di puncak kita foto-foto dan memakan logistik yang kita bawa serta istirahat sejenak menyiapkan tenaga untuk turun gunung. Kita memutuskan untuk ada di puncak hingga jam 12 siang saja karena Ican masih harus datang ke undangan nikahan sepupunya pada malam itu. 
Perjalanan turun gunung ga kalah hectic-nya dengan saat naik, karena jalur yang curam, jurang pun sudah menanti jika sedikit saja kita lengah akan langkah kita, pokoknya harus extra hati-hati. Perjalanan turun kita lebih lambat daripada saat naik, 3,5 jam kami baru sampai lagi di hutan pinus. Walaupun keadaan kita udah kotor dan cape tapi kita sempet-sempetin dulu foto-foto di hutan pinus. Setelah itu kita ga lupa buat lapor lagi di pos  lapor pendakian kalau kita udah turun gunung dengan selamat, alhamdulillah :D

Share this:

0 komentar:

Posting Komentar

komentar,,komentar...