Featured Post

:●๋• Tessa Aulia •●๋:

~ sedikit catatan hidupku ~

Home Archive for Oktober 2015
Sebenarnya rencana awal aku, tutu, rahman, desta, dan mas agil untuk jalan-jalan di hari Minggu, 11 Oktober 2015, itu ke Tebing Keraton, tapi untung saja desta sempat browsing dan dapat info kalau ternyata Tebing Keraton lagi ditutup sementara selama bulan Oktober ini karena sedang direvitalisasi baik dari segi ekosistem maupun sarana dan prasarananya. Jadi kita geser aja rencana main ke sana setelah Tebing Keratonnya dibuka kembali.
Akhirnya diputuskanlah untuk berburu sunrise di Puncak Bintang, Bukit Moko. Kita sepakat untuk kumpul di Kosan Garuda –kosannya desta dan mas agil- dan berangkat pukul 04.00. Dan sudah bisa ditebak, ujung-ujungnya pasti kita ngaret berangkatnya haha. Pukul 04.30 setelah sholat subuh, barulah kita berangkat dari daerah Buah Baru dengan mengambil arah ke jalan Padasuka.
Puncak Bintang atau Bukit Moko?
Dulu orang-orang mengenal tempat itu hanya dengan sebutan Bukit Moko, sebuah bukit di dekat Warung Daweung Moko. ‘Daweung’ yang dalam bahasa sunda artinya ‘melamun’ mungkin dimaksudkan kalau warung ini sangat pas sekali sebagai tempat untuk melamun karena berada diketinggian dan orang yang datang ke situ akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan.
Nah, kalau Puncak Bintang mungkin masih terdengar agak asing kali ya. Sebenarnya Puncak Bintang itu ya Bukit Moko juga. Puncak Bintang adalah nama yang diresmikan tahun 2014 lalu, tempat yang dulunya hanya berupa hutan pinus ini kini disulap menjadi area wisata yang menarik, selain menyajikan pemandangan alam yang indah, tersedia juga jogging track sampai ke Patahan Lembang yang berjarak sekitar 45 menit, di puncak ini juga terdapat lambang bintang yang super besar, serta area camping yang cukup untuk mendirikan beberapa tenda.
Dari Warung Daweung Moko, cukup berjalan sedikit lagi untuk sampai di pintu masuk Puncak Bintang. Di sini kita dikenakan biaya Rp. 10.000,-/orang untuk tiket masuk. Dan langsung deh kita foto-foto, narsisnya pada keluar semua ditambah memang di sini banyak sekali spot foto yang keren. Kemudian menaiki tangga lalu kita akan sampai di lambang bintang yang merupakan puncak tertinggi dari Puncak Bintang. Saat kami ke sana, terlihat beberapa tenda di area camping hutan pinus, rupanya ada yang sedang berkemah. Bisa dibilang memang berkemah adalah pilihan yang tepat kalau kita mau benar-benar menyaksikan keindahan alam dari Puncak Bintang ini. Di sana kita bisa melihat kota Bandung sejauh 180⁰, maka sunset dan sunrise bisa terlihat dari sini. Akan bagus sekali kalau kita datang di sore hari, mendirikan tenda sambil menanti sunset, bermalam di tenda sambil menikmati citylight Bandung, dan kemudian subuhnya kita bisa langsung melihat sunrise.
Foto-foto sambil menikmati alam disini sangat menyenangkan, waktu seperti berlalu dengan cepat. Karena sudah semakin siang, maka kita memutuskan untuk pulang. Next time, mungkin kita akan coba untuk berkemah di sini, pasti bakalan seru banget.
Cara ke Puncak Bintang, Bukit Moko?

Tidak ada kendaraan umum yang pasti, jadi harus membawa kendaraan sendiri, baik itu motor atau mobil yang siap dengan medan menanjak curam. Ada juga orang yang memilih jogging atau naik sepeda. Untuk mencapai Puncak Bintang, ada beberapa alternatif jalan tapi yang paling direkomendasikan adalah melalui jalan Padasuka. Jalur menuju ke sana sudah memiliki jalan yang bagus. Arahkan kendaraan kalian ke Saung Angklung Udjo, Puncak Bintang berada sekitar 30 menit dari situ kalau menggunakan kendaraan. Ikuti saja jalan yang terus menanjak itu, kemudian kita akan menjumpai deretan warung-warung makan yang bertuliskan Caringin Tilu atau biasa disebut Cartil, pemandangan Bandung yang terlihat dari Cartil sangat indah, tapi jangan berhenti sampai di situ, percayalah, pemandangan dari Puncak Bintang jauh lebih indah, jadi ayo lanjut lagi jalannya yang semakin atas semakin menanjak itu. Dari kejauhan kalian akan melihat lambang bintang yang menandakan kalau Puncak bintang sudah semakin dekat. Hingga kemudian kalian akan menemukan petunjuk arah yang menunjukan arah kiri untuk Warung Daweung dengan jalanan yang lagi-lagi menanjak. Bagi yang membawa mobil kalian hanya bisa memarkirkan mobil kalian di situ, tidak bisa di bawa naik lagi. Tenang, itu adalah tanjakan terakhir yang tidak terlalu jauh sebelum akhirnya sampai di Warung Daweung. Bagi yang membawa motor, kalian bisa mengarahkan motor kalian kearah tanjakan kiri itu kemudian parkir di dekat Warung Daweung.
"Lu mau ikut naek ga?"
Kalimat pertanyaan singkat dari Ican yang aku baca di layar HPku pada hari Jumat pagi. Ya, dari beberapa minggu yang lalu dia emang lagi cari teman buat naik gunung. Tapi belum sempat aja keinginan buat naik gunung gara-gara ga ada teman atau bahkan udah ada teman tapi ternyata pas sampai di kaki gunung malah dapat kabar kalau gunungnya lagi kebakaran, alhasil naik gunung pun batal lagi.
Karena lagi ga ada acara apa pun, ya udah aku setuju sama rencana Ican buat naik gunung di minggu itu. Kesepakatan dibuat, akhirnya aku, Ican, Desta dan Triksi akan ke Gunung Manglayang, hari Minggu berangkat bareng-bareng dari Buah Batu. Kenapa Triksi, adikku, ikut juga? Karena dia juga udah dari lama ingin naik gunung tapi belum kesampaian juga, jadi selagi ada kesempatan, aku ajak dia juga deh.
Minggu pagi aku dan Triksi udah nangkring di Kosan Garuda daerah Telkom University, kosannya Desta, nungguin Desta dan Ican packing. Jam setengah 6 pagi akhirnya kita berangkat menuju Manglayang. Jalur naik yang kita ambil adalah dari Bumi Perkemahan Batu Kuda dan kita naik gunung tek-tok atau bahasa kerennya 'One Day Hiking', naik gunung dan langsung turun lagi, ga pake acara camping di sana.
Sampai di BuPer Batu Kuda, mengisi data di pos lapor pendakian dan melakukan pemanasan sebentar, jam setengah 8 kita mulai mendaki ke Gunung Manglayang. Cuaca hari itu cerah banget, bikin makin semangat untuk mendaki. Di awal perjalanan kita langsung disuguhi hutan pinus kemudian jalur yang menanjak. Gunung Manglayang ini berbatasan dengan Kab. Sumedang dan termasuk dalam rangkaian gunung yang berkaitan dengan legenda Sangkuriang, yaitu Gunung Tangkuban Perahu, Burangrang, Bukit Tunggul, dan Manglayang. Gunung Manglayang adalah gunung yang paling rendah dari keempat gunung tersebut, hanya 1818 MDPL. Yap, terlihat mudah memang namun jangan pernah remehkan gunung ini, kecil-kecil cabe rawit, rendah tapi jalurnya sangat menantang, jalur menanjak terus-menerus dengan kemiringan 30-70 derajat membuat lutut menjadi sejajar dengan dada dan bonus jalur landai yang hanya sedikit, tanah gembur yang sangat licin, dan tanjakan berbatu. Berkali-kali ada batu yang menggelending dan hampir memakan korban. Beda dengan jalur di Gunung Burangrang yang naik turun dan banyak jalur landainya. 
Setelah 2,5 jam akhirnya kita pun sampai di Puncak Manglayang 1818 MDPL, di sini lumayan luas untuk mendirikan beberapa tenda dan terdapat makam keramat tapi ga ada pemandangan yang bisa kita lihat karena tertutup oleh pepohonan. Berbeda dengan Puncak Bayangan yang memiliki view 180 derajat Kota Bandung, di situ kalian bisa melihat citylight atau pun sunrise yang keren.
Di puncak kita foto-foto dan memakan logistik yang kita bawa serta istirahat sejenak menyiapkan tenaga untuk turun gunung. Kita memutuskan untuk ada di puncak hingga jam 12 siang saja karena Ican masih harus datang ke undangan nikahan sepupunya pada malam itu. 
Perjalanan turun gunung ga kalah hectic-nya dengan saat naik, karena jalur yang curam, jurang pun sudah menanti jika sedikit saja kita lengah akan langkah kita, pokoknya harus extra hati-hati. Perjalanan turun kita lebih lambat daripada saat naik, 3,5 jam kami baru sampai lagi di hutan pinus. Walaupun keadaan kita udah kotor dan cape tapi kita sempet-sempetin dulu foto-foto di hutan pinus. Setelah itu kita ga lupa buat lapor lagi di pos  lapor pendakian kalau kita udah turun gunung dengan selamat, alhamdulillah :D

Langganan: Postingan ( Atom )

About This Blog

Blog ini isinya random abis. Jadi nikmati aja apa adanya semua postingan yang ada di sini ya ;) hehe

About Me

Unknown
Lihat profil lengkapku

Find Me

Facebook  Twitter  Google+ Instagram Path Yahoo

Blog Archive

  • ▼  2015 (21)
    • ▼  Oktober (2)
      • Puncak Bintang, Bukit Moko, Bandung
      • 1818 MDPL untuk Gunung Manglayang
    • ►  Juli (4)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Mei (4)
    • ►  April (3)
    • ►  Maret (2)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember (3)
  • ►  2013 (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  April (9)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2012 (25)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2011 (24)
    • ►  November (22)
    • ►  Oktober (2)
  • ►  2010 (14)
    • ►  Desember (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)

Popular Posts

  • jatuh cinta sama sahabat?
  • DON'T TELL ME!!!!!!!!!!!
  • sahabat, inilah sekelumit permasalahan antara kita~~
  • International Mask & Puppets Festival 2015
  • Unforgettable Friendships: Camping

Labels

  • Camping
  • Festival
  • Kota Baru Parahyangan
  • MeetUp
  • Unforgettable Friendships

Instagram

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

About

Tessa Aulia

Create Your Badge
Copyright 2014 :●๋• Tessa Aulia •●๋:.
Blogger Templates Designed by OddThemes