Featured Post

:●๋• Tessa Aulia •●๋:

~ sedikit catatan hidupku ~

Home Archive for 2015
Sebenarnya rencana awal aku, tutu, rahman, desta, dan mas agil untuk jalan-jalan di hari Minggu, 11 Oktober 2015, itu ke Tebing Keraton, tapi untung saja desta sempat browsing dan dapat info kalau ternyata Tebing Keraton lagi ditutup sementara selama bulan Oktober ini karena sedang direvitalisasi baik dari segi ekosistem maupun sarana dan prasarananya. Jadi kita geser aja rencana main ke sana setelah Tebing Keratonnya dibuka kembali.
Akhirnya diputuskanlah untuk berburu sunrise di Puncak Bintang, Bukit Moko. Kita sepakat untuk kumpul di Kosan Garuda –kosannya desta dan mas agil- dan berangkat pukul 04.00. Dan sudah bisa ditebak, ujung-ujungnya pasti kita ngaret berangkatnya haha. Pukul 04.30 setelah sholat subuh, barulah kita berangkat dari daerah Buah Baru dengan mengambil arah ke jalan Padasuka.
Puncak Bintang atau Bukit Moko?
Dulu orang-orang mengenal tempat itu hanya dengan sebutan Bukit Moko, sebuah bukit di dekat Warung Daweung Moko. ‘Daweung’ yang dalam bahasa sunda artinya ‘melamun’ mungkin dimaksudkan kalau warung ini sangat pas sekali sebagai tempat untuk melamun karena berada diketinggian dan orang yang datang ke situ akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan.
Nah, kalau Puncak Bintang mungkin masih terdengar agak asing kali ya. Sebenarnya Puncak Bintang itu ya Bukit Moko juga. Puncak Bintang adalah nama yang diresmikan tahun 2014 lalu, tempat yang dulunya hanya berupa hutan pinus ini kini disulap menjadi area wisata yang menarik, selain menyajikan pemandangan alam yang indah, tersedia juga jogging track sampai ke Patahan Lembang yang berjarak sekitar 45 menit, di puncak ini juga terdapat lambang bintang yang super besar, serta area camping yang cukup untuk mendirikan beberapa tenda.
Dari Warung Daweung Moko, cukup berjalan sedikit lagi untuk sampai di pintu masuk Puncak Bintang. Di sini kita dikenakan biaya Rp. 10.000,-/orang untuk tiket masuk. Dan langsung deh kita foto-foto, narsisnya pada keluar semua ditambah memang di sini banyak sekali spot foto yang keren. Kemudian menaiki tangga lalu kita akan sampai di lambang bintang yang merupakan puncak tertinggi dari Puncak Bintang. Saat kami ke sana, terlihat beberapa tenda di area camping hutan pinus, rupanya ada yang sedang berkemah. Bisa dibilang memang berkemah adalah pilihan yang tepat kalau kita mau benar-benar menyaksikan keindahan alam dari Puncak Bintang ini. Di sana kita bisa melihat kota Bandung sejauh 180⁰, maka sunset dan sunrise bisa terlihat dari sini. Akan bagus sekali kalau kita datang di sore hari, mendirikan tenda sambil menanti sunset, bermalam di tenda sambil menikmati citylight Bandung, dan kemudian subuhnya kita bisa langsung melihat sunrise.
Foto-foto sambil menikmati alam disini sangat menyenangkan, waktu seperti berlalu dengan cepat. Karena sudah semakin siang, maka kita memutuskan untuk pulang. Next time, mungkin kita akan coba untuk berkemah di sini, pasti bakalan seru banget.
Cara ke Puncak Bintang, Bukit Moko?

Tidak ada kendaraan umum yang pasti, jadi harus membawa kendaraan sendiri, baik itu motor atau mobil yang siap dengan medan menanjak curam. Ada juga orang yang memilih jogging atau naik sepeda. Untuk mencapai Puncak Bintang, ada beberapa alternatif jalan tapi yang paling direkomendasikan adalah melalui jalan Padasuka. Jalur menuju ke sana sudah memiliki jalan yang bagus. Arahkan kendaraan kalian ke Saung Angklung Udjo, Puncak Bintang berada sekitar 30 menit dari situ kalau menggunakan kendaraan. Ikuti saja jalan yang terus menanjak itu, kemudian kita akan menjumpai deretan warung-warung makan yang bertuliskan Caringin Tilu atau biasa disebut Cartil, pemandangan Bandung yang terlihat dari Cartil sangat indah, tapi jangan berhenti sampai di situ, percayalah, pemandangan dari Puncak Bintang jauh lebih indah, jadi ayo lanjut lagi jalannya yang semakin atas semakin menanjak itu. Dari kejauhan kalian akan melihat lambang bintang yang menandakan kalau Puncak bintang sudah semakin dekat. Hingga kemudian kalian akan menemukan petunjuk arah yang menunjukan arah kiri untuk Warung Daweung dengan jalanan yang lagi-lagi menanjak. Bagi yang membawa mobil kalian hanya bisa memarkirkan mobil kalian di situ, tidak bisa di bawa naik lagi. Tenang, itu adalah tanjakan terakhir yang tidak terlalu jauh sebelum akhirnya sampai di Warung Daweung. Bagi yang membawa motor, kalian bisa mengarahkan motor kalian kearah tanjakan kiri itu kemudian parkir di dekat Warung Daweung.
"Lu mau ikut naek ga?"
Kalimat pertanyaan singkat dari Ican yang aku baca di layar HPku pada hari Jumat pagi. Ya, dari beberapa minggu yang lalu dia emang lagi cari teman buat naik gunung. Tapi belum sempat aja keinginan buat naik gunung gara-gara ga ada teman atau bahkan udah ada teman tapi ternyata pas sampai di kaki gunung malah dapat kabar kalau gunungnya lagi kebakaran, alhasil naik gunung pun batal lagi.
Karena lagi ga ada acara apa pun, ya udah aku setuju sama rencana Ican buat naik gunung di minggu itu. Kesepakatan dibuat, akhirnya aku, Ican, Desta dan Triksi akan ke Gunung Manglayang, hari Minggu berangkat bareng-bareng dari Buah Batu. Kenapa Triksi, adikku, ikut juga? Karena dia juga udah dari lama ingin naik gunung tapi belum kesampaian juga, jadi selagi ada kesempatan, aku ajak dia juga deh.
Minggu pagi aku dan Triksi udah nangkring di Kosan Garuda daerah Telkom University, kosannya Desta, nungguin Desta dan Ican packing. Jam setengah 6 pagi akhirnya kita berangkat menuju Manglayang. Jalur naik yang kita ambil adalah dari Bumi Perkemahan Batu Kuda dan kita naik gunung tek-tok atau bahasa kerennya 'One Day Hiking', naik gunung dan langsung turun lagi, ga pake acara camping di sana.
Sampai di BuPer Batu Kuda, mengisi data di pos lapor pendakian dan melakukan pemanasan sebentar, jam setengah 8 kita mulai mendaki ke Gunung Manglayang. Cuaca hari itu cerah banget, bikin makin semangat untuk mendaki. Di awal perjalanan kita langsung disuguhi hutan pinus kemudian jalur yang menanjak. Gunung Manglayang ini berbatasan dengan Kab. Sumedang dan termasuk dalam rangkaian gunung yang berkaitan dengan legenda Sangkuriang, yaitu Gunung Tangkuban Perahu, Burangrang, Bukit Tunggul, dan Manglayang. Gunung Manglayang adalah gunung yang paling rendah dari keempat gunung tersebut, hanya 1818 MDPL. Yap, terlihat mudah memang namun jangan pernah remehkan gunung ini, kecil-kecil cabe rawit, rendah tapi jalurnya sangat menantang, jalur menanjak terus-menerus dengan kemiringan 30-70 derajat membuat lutut menjadi sejajar dengan dada dan bonus jalur landai yang hanya sedikit, tanah gembur yang sangat licin, dan tanjakan berbatu. Berkali-kali ada batu yang menggelending dan hampir memakan korban. Beda dengan jalur di Gunung Burangrang yang naik turun dan banyak jalur landainya. 
Setelah 2,5 jam akhirnya kita pun sampai di Puncak Manglayang 1818 MDPL, di sini lumayan luas untuk mendirikan beberapa tenda dan terdapat makam keramat tapi ga ada pemandangan yang bisa kita lihat karena tertutup oleh pepohonan. Berbeda dengan Puncak Bayangan yang memiliki view 180 derajat Kota Bandung, di situ kalian bisa melihat citylight atau pun sunrise yang keren.
Di puncak kita foto-foto dan memakan logistik yang kita bawa serta istirahat sejenak menyiapkan tenaga untuk turun gunung. Kita memutuskan untuk ada di puncak hingga jam 12 siang saja karena Ican masih harus datang ke undangan nikahan sepupunya pada malam itu. 
Perjalanan turun gunung ga kalah hectic-nya dengan saat naik, karena jalur yang curam, jurang pun sudah menanti jika sedikit saja kita lengah akan langkah kita, pokoknya harus extra hati-hati. Perjalanan turun kita lebih lambat daripada saat naik, 3,5 jam kami baru sampai lagi di hutan pinus. Walaupun keadaan kita udah kotor dan cape tapi kita sempet-sempetin dulu foto-foto di hutan pinus. Setelah itu kita ga lupa buat lapor lagi di pos  lapor pendakian kalau kita udah turun gunung dengan selamat, alhamdulillah :D



Buaian Nada Musik Klasik Berpadu dengan Alam yang Asri

Siapa yang suka musik? Hhmm, kayaknya hampir ga ada deh orang yang ga suka musik. Musik itu ajaib, secara ga sadar perasaan kita bisa dipengaruhi oleh musik yang kita dengar loh. Misalnya aja nih, kalau kita dengar musik yang berirama cepat dan bernada ceria pasti secara otomatis kita akan terbawa bersemangat dan juga ceria ~(^▽^)~ Kalau kita dengar lagu-lagu yang melow kadang perasaan ikut terbawa melow juga, langsung galau dan teringat sama kenangan-kenangan yang mungkin menyesalkan hati hahaha
Nah gimana dengan musik klasik? Mungkin ada orang yang menganggap musik klasik itu membosankan dan bikin ngantuk, atau mungkin ada orang yang menganggap musik klasik itu musiknya orang elit, mengingat biasanya konser klasik itu diadakan di concert hall super megah, tiket yang mahal, dan orang yang datang biasanya menggunakan baju rapi nan glamor. Yaa, tak kenal maka tak sayang. Coba deh datang ke Parahyangan Classical Music Festival yang diadakan di Kota Baru Parahyangan, dijamin pasti bakalan bisa ngubah persepsi yang tadi. (˘⌣˘)
Parahyangan Classical Music Festival (PCMF) 2015 yang diadakan tanggal 6-7 Juni ini adalah konser musik klasik outdoor di alam terbuka, gratis, dan siapa pun yang ingin menikmati musik klasik bisa datang ke acara ini. PCMF yang ketiga kalinya digelar ini sukses banget loh! Berhasil bikin suguhan mahakarya musik klasik yang santai, menyatu dengan alam (karena keindahan alam di Kota Baru Parahyangan yang sangat mempesona), tanpa batas, dan sangat menginspirasi! Tak tanggung-tanggung seniman musik klasik internasional dan nasional pun dihadirkan untuk memeriahkan konser ini.
Kota Baru Parahyangan Symphony Orchestra akan dipimpin oleh Prof. Gerd Müller-Lorenz selaku conductor,  selain itu hadir pula Violinist Iskandar Widjaja, Pianist Stephan Rahn, Alfred Sugiri & Christine Utomo, Cellist Oliver Mascarenhas, Woodwind Ensemble Trielen, Vocalist Joseph Kristanto  & Binu Sukaman, Saung Angklung Udjo, choir dan group musik klasik seperti Grenadilla Wind Octet, Klasikanan String Ensemble, Rechords Vocal Ensemble, Jakarta Brass Quintet, dan Cascade Trio. 
Aku memang bukan orang yang benar-benar mempelajari musik klasik  tapi buat aku, musik klasik itu sangat enak untuk didengar, dan saat itu aku sangat menikmati konsernya. Parahyangan Classical Music Festival keren banget! ♫♪♫( ´▽`)b Mulai dari resital piano Alfred Sugiri yang melalui dentingan pianonya mampu menyentuh hati penonton sampai Gala Concert yang membuat penonton sangat terpukau. Gala Concert di dua hari itu menampilkan Conductor Prof. Gerd Müller-Lorenz, Violinist Iskandar Widjaja, Pianist Stephan Rahn, Cellist Oliver Mascarenhas, Vocal Baritone Joseph Kristanto , Vocal Soprano Binu Sukaman, dan Kota Baru Parahyangan Symphony Orchestra. Selain konsernya yang keren banget, di event ini juga ada pameran musik klasik.  




Waktu itu lagi iseng aja hangout bertiga bareng adik-adik, adisty dan triksi, di Ciwalk. Nah, pas udah masuk jam makan siang dan kita kelaparan, akhirnya kita melipir sejenak di Mujigae, Bibimbab & Casual Korean Food. Dan begitu masuk ke sini, langsung deh, Korean Mode: ON! hahaha :D
Budaya korea emang lagi digandrungi banget nih di Indonesia, termasuk salah satunya makanan khas korea. Banyak restoran korea yang mungkin harganya selangit, tapi di Mujigae kalian bisa nyicipin makanan khas korea yang enak tanpa harus menguras isi dompet karena harganya yang bersahabat :)
Mujigae ini konsepnya asik banget, modern, inovatif, berunsur digital, dan colorful. Di setiap meja disediakan iPad, nah iPad ini banyak banget fiturnya, mulai dari menampilkan menu, kita bisa order langsung dari situ (ga perlu manggil waiter atau waitress nya), bisa buat selfie, dan request MV Korea. Hasil selfie dan request MV kita nanti akan ditampilkan di big screen yang ada di sana. Foto selfie kita juga bisa kita kirimkan ke email kita loh, lumayan buat nambah-nambah koleksi foto selfie hehehe :D
Selain keunikan-keunikan tadi, Mujigae juga cozy banget! Betah deh lama-lama di sini, apalagi makanannya juga enak.





Di event International Mask & Puppets Festival 2015, ada pertunjukkan yang sangat menarik menurutku, dia adalah Thomas Herfort yang menampilkan Marionette. Marionette adalah boneka yang digerakan dengan menggunakan tali dari atas dan orang yang memainkannya disebut marionettist. 
Nah Thomas Herfort yang berasal dari Berlin ini marionettist yang hebat loh. Pertunjukannya keren banget dan menghibur semua orang yang menontonnya. Sudah dari tahun 2008 dia mendirikan teater boneka keliling dengan nama Kabare Pupala.
Di event tersebut dia beraksi dengan ditemani oleh teman-teman kecilnya. Dengan lincah dia menggerak-gerakkan bonekanya mengikuti alunan musik. Yang menarik adalah pertunjukkan sangat interaktif, Thomas Herfort dan boneka-bonekanya berinteraksi langsung dengan penonton dan berhasil membuat penonton tertawa terbahak-bahak karena aksi boneka-bonekanya yang lucu.
Ketika Topeng dan Wayang Berkolaborasi
di "International Mask & Puppets Festival 2015"


Pada dasarnya aku bukan orang yang secara khusus menyukai topeng dan wayang sih, tapi topeng dan wayang itu memang menarik :) Dua-duanya adalah warisan budaya Indonesia yang ga ternilai harganya. Buktinya aja UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, menetapkan wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia dan memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia. Wuuiiih, keren banget kan budaya Indonesia itu?






Tanggal 22, 23, dan 24 Mei lalu di Bale Pare - Kota Baru Parahyangan, diadakan Gunungan, International Mask & Puppets Festival 2015, festival ini memberikan angin segar buat peminat kesenian topeng & wayang, dan jadi sarana juga untuk orang banyak agar makin cinta sama budaya Indonesia. Seniman-seniman topeng & wayang tumpah ruah di festival ini, dan yang lebih menariknya lagi seniman International dari negara Italia, Jerman, Belanda, Amerika Serikat, Meksiko, Ukraina, Hungaria, Belgia, dan Cina pun turut memeriahkan festival ini.
Festival ini diawali dengan Opening Ceremony yang menampilkan Gita Kinanthi, Badawang Tumaritis, Jose Rizal Manua.Kemudian Dwiki Dharmawan, Kolaborasi Wayang Golek & Kulit, Gita Kinanti kembali tampil pada malam itu dengan koreografi kontemporernya yang keren banget, dilanjutkan aksi Thomas Herfort dari Berlin bersama teman-teman kecilnya yang mempersembahkan teater boneka yang sangat menarik, dan festival hari pertama ditutup dengan penampilan Gara-gara Topeng.
Di hari kedua, festival bertambah meriah dengan penampilan dari seniman-seniman yang memukau. Sandra Hamel dari Belgia yang membawakan pertunjukan yang unik dengan menggunakan kertas dan kardus yang sudah tidak terpakai dibalut dengan alur cerita yang penuh makna untuk peduli pada alam serta selipan humor yang membuat pertunjukannya jadi makin menarik. PM Toh yang mendongeng sambil memakai alat peraga seadanya dan justru alat peraga serta spontanitasnya dalam menceritakan dongeng membuat pengunjung sangat terhibur. Wayang Potehi warisan budaya keturunan Tionghoa. Wayang Sampah yang mengangkat tema mengenai sampah, lingkungan, dan alam, misi dari pertunjukan ini adalah menghimbau agar kita turut melakukan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Sumarah yang menampilkan gabungan antara dance, music, & visual art yang sangat memukau. Anouk Wilke yang kelahiran Belanda tapi sangat menguasai macam-macam tarian nusantara. Wayang Elektrik garapan seniman I Made Sidia asal Bali yang inovatif membuat pertunjukan wayang ini jadi sangat menarik karena menampilkan siluet wayang. Dan masih banyak lagi penampilan seniman-seniman pada hari kedua International Mask and Puppets Festival 2015 ini. 
Hari terakhir dari festival, tanggal 24 Mei pun tidak kalah meriahnya. Di hari itu ada Ria Enes dan Susan, siapa yang tidak kenal sama Susan? Boneka yang satu itu lucu dan menggemaskan sekali dengan semua kelakarnya. Kemudian ada penampilan dari Komunitas Lima Gunung, paguyuban warga beberapa dusun yang tinggal di daerah yang dikelilingi 5 gunung di Magelang, Jawa Tengah (Merbabu, Merapi, Sumbing, Andong, dan Menoreh). Thomas Herfort juga kembali memberikan pertunjukan boneka yang sangat disukai anak-anak. Satu lagi yang juga menarik di hari terakhir itu adalah Wayang Jurnalis, wayang orang yang diperankan oleh jurnalis dari berbagai media. Bayangin aja ketika para jurnalis mulai dari pimpinan redaksi, editor, sampai reporter memberikan pertunjukan seni dengan gaya khas wartawan, selain itu Wayang Jurnalis juga menampilkan bintang tamu Mario Kahitna.




away from city, enjoy the view, look deep into nature and then you will understand everything better


Tanggal 1 Mei = awal bulan, hari Jumat, dan tanggal merah = long weekend di saat baru gajian hahaha (˘♢˘)
Seketika dapet ide buat ngumpul bareng teman-teman sekuliahan dulu, PCE1003. Itu kan long weekend jadi pasti yang lagi di luar Bandung bisa ikutan juga. Chatting sama Wiwi dan Tutu, kita ingin bikin acara ngumpul kita kali ini anti mainstream, jangan cuma nongkrong doang sambil makan/nonton. Pilihannya tinggal dua, ke pantai atau camping! Hhmmm, berhubung kita udah sering ke pantai bareng jadi yaudah deh kita pilih camping. Ide ini juga didukung sama Mas Agil -sesepuh PCE1003- \(´⌣`\) Dan Gunung Puntang dipilih untuk lokasi camping kita kali ini hehehe Kalau gini berarti ini tuh yang ketiga kalinya aku camping lagi di Gunung Puntang, sebelumnya aku pernah camping di situ sama teman-teman kantor waktu masih kerja di Jakarta dan yang kedua camping sama keluarga juga saudara-saudara. Tempatnya memang sama tapi camping dengan orang yang berbeda pasti bakalan ada cerita dan pengalaman seru yang berbeda juga dong. Yakin nih pengalaman seru? Uumm, gimana yah, sebenarnya agak sedih juga sama ngumpulnya PCE1003 kali ini, karena adanya miss communication jadi agak ada yang ngeganjel gitu, tapi overall sih tetap aja ngumpul bareng mereka itu seru.
Detik-detik sebelum keberangkatan itu rusuh banget! Susah banget buat ngajakin berangkat sesuai jam yang udah ditentukan. Keberangkatan dari daerah Kampus Telkom University di Buah Batu ke Gunung Puntang diputuskan ada 2 kelompok. Kelompok yang pertama itu aku, Tutu, Wiwi, Rahman, Desta, Dhika, dan Iing. Nah kelompok pertama ini rencananya bakalan berangkat jam 2. Kelompok kedua ada Mimie, Mas Agil, Kahfi, Caniga, Icaan. Kenapa dibagi dua? soalnya Mimie dari Jakarta dan Caniga dari Solo akan sampai di Bandung sore, terus si Icaan dengan gerobak pangsitnya (baca: mobilnya) ga tau bakalan sampe jam berapa di Bandung. Ujung-ujungnya sih kelompok pertama berangkat jam 15.30, ngaret banget kan dari rencana awalnya, dan Iing ga jadi ikut berangkat pertama, jadinya ngikut ke kelompok kedua. 
Akhirnya jam 17.30 sampailah kelompok pertama di perkemahan Gunung Puntang dengan disambut gerimis, langsung buru-buru pasang 3 tenda, takut keburu malam, kalau udah gelap pasti bakalan susah buat pasang tendanya. Tenda 1 berhasil dipasang, yeaaay, kita pun bersorak  "ƪ(˘⌣˘)ʃ" ┌(˘⌣˘)ʃ" hari sudah semakin gelap, tenda 2 berasa susah banget didiriinnya, beruntung ada dua orang tentangga tenda sebelah yang dengan baik hati mau bantuin kita pasang tenda. Akhirnya 3 tenda pun sudah terpasang, abis itu kita langsung siap-siap buat bikin makan malam, masak seadanya. Kelompok 2 masih belum muncul juga. 
pasang tenda malem-malem
 












Makan di alam dan ditemani api unggun, walaupun dengan lauk yang seadanya tapi terasa nikmat banget. Ga lama setelah makan, karena udah bingung ga tau mau ngapain lagi sambil nunggu kelompok 2 yang belum datang juga akhirnya kita sepakat buat bakar-bakaran. Bukan, bukan bakar tenda atau bakar orang kok, tapi bakar sosis hehehe Yaa, pas bakar sosis ini cukup menghiburlah, bakar sosis pake pasak yang diikatkan ke kayu, kurang konyol apa lagi coba kita ini? Tapi kalau lagi di alam dengan peralatan yang seadanya seperti itu, kita memang harus mengeluarkan kreativitas tanpa bantas dong, biar bisa tetap survive hahaha
Jam menunjukan pukul 11 lewat, kita udah pada kenyang banget dan kalau kenyang pasti berbanding lurus dengan mata yang semakin berat alias ngantuk. Semuanya pada masuk ke tenda buat siap-siap tidur. Nyaris terlelap, dan saat itu datanglah kelompok 2. Mereka langsung menyalakan api unggun dan berniat buat ngobrol-ngobrol dulu. Kelompok 1 yang memang udah kecapean duluan, menolak untuk ikutan, udah pada keburu tepar. Yaah, jadi gagal lah kebersamaan kita di malam itu.
Paginya kita bareng-bareng masak buat sarapan, setelah sarapan kita memutuskan buat main air di sungai yang ada disana. Dan ga lupa buat foto-foto juga pastinya. 
   
 




 
waktunya pulang..
Menghilang sejenak dari kehidupan kota, menikmati pemandangan, menyatu dengan alam, dan kita akan merasa fresh kembali! Paling seneng kalau udah ngumpul di alam bersama teman-teman \(´▽`)/







Dari Cafe Uji Nyali sampai Euforia KAA ke 60


Awalnya ga ada rencana sama sekali buat MeetUp di malam itu, Sabtu 25 April 2015. Kedatangan Chris dan Deri ke Bandung yang akhirnya bikin kita MeetUp dadakan. Jarang-jarang orang sibuk kaya mereka main ke Bandung. Awalnya aku sempet galau buat ikutan MeetUp, jam 6 sore masih ada di rumah, ngebayangin jalanan Bandung yang macet di saat malam minggu itu yang bikin ragu buat ikutan  (´⌒`)
Tapi kesempatan ini ga boleh dilewatin gitu aja, yakin, pasti bakalan seru kalau ikutan MeetUp. Dan akhirnya diputuskanlah buat ngumpul sekaligus makan di Cafe Uji Nyali, tempat makan yang menyuguhkan konsep horor, dekorasi yang serba hantu dan nama menu makanan serta minumannya berbau mistis. Ga cukup sampai disitu, di cafe ini juga ada wahana uji nyalinya! Hahaha tuh kan, untung aja jadi ikutan ngumpul, udah kebayang keseruannya.

                       

Gara-gara macet akhirnya sekitar jam setengah 9 kita baru sampai di Cafe Uji Nyali, perut udah kelaparan dan langsung deh semuanya pilih makanan masing-masing. Makanan yang kita order datangnya agak lama, tapi ga masalah, kita udah duluan keasyikan cerita-cerita ngobrolin apa pun, becanda-becanda ga karuan, khas banget kalau kita ngumpul pastinya ya kaya gini nih, bikin waktu nunggu makanan juga jadi ga kerasa.

Makanan habis dan udah puas juga ngobrol-ngobrol, cafe ini tutup jam 24.00, masih ada waktu sebentar lagi sebelum cafe ini tutup dan ga lengkap kalau ke sini tapi ga coba masuk ke wahana uji nyalinya. Untuk masuk ke wahana cuma bisa maksimal 4 orang, jadi kita yang datang berombongan ini harus dibagi jadi beberapa kelompok. Aku sama Tutu, dua orang cewek manis ini dengan yakin menolak buat masuk wahana, tapi apa daya, yang lain keukeuh maksa kita buat ikutan masuk. Yaudahlah ya, dengan berat hati akhirnya kita juga ikutan masuk. Begitu masuk, mata kita langsung ditutup pakai kain, diberi arahan hal-hal yang ga boleh kita lakukan di dalam, lalu kita dibawa masuk semakin dalam ke wahana. Jujur, setelah kain penutup mata dilepas aku tetap ga bisa lihat apa-apa, mataku terpejam dengan rapat *ketakutan* hahaha
Semua urusan di Cafe Uji Nyali udah beres, kita ga langsung pulang, tapi berencana buat mampir ke Jln. Asia Afrika, biar kekinian, ikut-ikutan euforia peringatan KAA ke 60 itu. Karena udah dini hari, kita kira disana udah ga akan ada banyak orang, tapi dugaan kita salah besar, Jln. Asia Afrika dan Alun-alun Bandung masih aja dipenuhi orang-orang yang semuanya nampak asyik foto-foto, bahkan keluarga dengan anak kecil pun juga masih banyak yang berkeliaran di sana. 
 






Bener-bener salut deh sama Pak Ridwan Kamil, beliau berhasil bikin Bandung yang emang udah keren, jadi makin keren lagi khususnya dalam segi penataan kota  d(。♥‿♥。)b
        
 

         

 



Bandung dan sahabat, perpaduan yang pas untuk membuat kenangan yang tidak akan pernah terlupakan!



Bandung dan segala sesuatu tentangnya itu selalu indah, menurutku hehehe (´⌣`)
Tapi Bandung di zaman dulu itu gimana ya? Nah, tanggal 28-29 Maret lalu ada Festival Bandoeng Baheula loh di Kota Baru Parahyangan!


Ya, event tersebut sukses loh memberi gambaran akan Bandung pada zaman dulu. 
Semua yang dihadirkan di sana memang jadul abis, suasananya juga makin diperkuat dengan area tempat event ini diadakan, yaitu di Koridor Bandoeng Tempo Doeloe, salah satu sudut di Kota Baru Parahyangan yang bangunannya bergaya arsitektur ala Bandung Tempo Dulu sekitar tahun 1930-an. Di area ini bangunannya megah namun juga hijau dan asri, bikin makin betah saat menikmati event Festival Bandoeng Baheula jadinya (♥o♥)
Di event ini ada Lorong Bandoeng Baheula, semacam lorong yang berisikan banyak sekali potret kehidupan di Bandung pada zaman dulu, selain itu ada pameran mobil dan barang antik, stand-stand yang menjajakan jajanan khas Bandung, parade sepeda ontel, dan ada juga penampilan musisi-musisi yang turut memeriahkan event ini. 

                         
                                                                                     














Salah satu yang ga kalah unik adalah untuk membeli jajanan yang dijajakan di event tersebut, uang rupiah tidak akan berlaku karena kita harus menukarkan dulu uang rupiah dengan uang kertas ala Festival Bandoeng Baheula.


Ada yang unik lagi, yaitu Botram. Botram adalah tradisi makan bersama ala sunda. Sederhana, tidak perlu makanan yang mewah tapi kebersamaannya terasa sekali. Acara makan Botram berbentuk lesehan dan panitia menggelar daun pisang sebagai alas untuk makan. Siapa pun dapat ikut mencicipi Botram ini. Banyak pengunjung yang antusias ingin ikut mencicipi, bahkan ada yang sudah mulai makan walaupun Botram belum di mulai hahaha (ˆ▽ˆ)


                                      

                 




Unforgettable Friendships



Ini berawal dari Tutu, teman semasa kuliah yang ngajak aku buat nonton bareng salah satu film Box Office yang paling ditunggu-tunggu, film apa coba? Ya, benar! Fast & Furious 7! Film ini sukses bikin banyak orang penasaran, selain karena alur ceritanya, yang pasti bikin penasaran juga karena ini adalah film terakhir dari Paul Walker. Ga nyangka banget waktu dia meninggal karena kecelakaan mobil, tapi yah namanya juga umur, kita ga ada yang tau. Dan akhirnya aku setuju buat nonton bareng, biar lebih rame lagi, kita ajak aja sekalian anak-anak yang lain sekalian MeetUp (∩_∩)
Yeaaay! Beruntung pada banyak yang bisa ikutan nonton, walaupun dari siang sampai sorenya mereka harus kuliah dulu, jadilah kita sengaja beli tiket dengan jam yang paling malam di Braga 21. 

Emmm, sambil nungguin waktu filmnya mulai, apa yang kita lakukan? 

          














Yang pasti sih foto-foto, cerita ngalor ngidul sekalian melepas kangen karena emang udah lama banget kita ga meet up, terus abis itu makan deh. Ga lucu kan kalau kita ga makan dulu sebelum nonton, yang ada nanti nontonnya jadi ga fokus gara-gara perut yang berisik kelaparan hahaha (ーー; )  Kita makan di Tokyo Connection, sengaja cari makan yang ala ala jepangan gitu, ada sushi, ramen, dan masih banyak lagi. 

              

















Foto-foto udah, cerita-ceritanya juga udah puas, perut udah kenyang, dan sekarang tinggal nonton. Bener aja nih, film Fast & Furious 7 emang keren banget! Banyak aksi gila yang dilakukan sama Dominic Toretto, Brian O'Cornner dkk, mulai dari adegan terjun sambil naik mobil dari pesawat, menggunakan mobil untuk melompat sekaligus terbang dari satu menara ke menara lainnya di Abu Dhabi, sampai drone yang terus-terusan ngejar sambil nembak ga karuan. Ending film ini dibikin menyentuh dengan diputarnya momen-momen Brian O'Cornner yang diperankan Paul Walker. Intinya ini film berkesan banget deh, ditambah karena nontonnya bareng sama orang-orang yang ga akan pernah bisa dilupakan. Ingin rasanya mengulang kembali masa-masa kuliah dulu, mau hangout atau sekedar keliling-keliling Bandung tanpa tujuan yang jelas tuh kayanya gampang banget, kalau sekarang karena udah pada sibuk masing-masing jadi agak susah deh. Ada yang kerja, ada juga yang lanjut kuliah lagi. Ya balik lagi ke kitanya juga sih, kalau emang kitanya loyal sama persahabatan pasti bakalan dibela-belain kok cari celah di waktu sibuknya untuk sekedar MeetUp kaya gini. Ini adalah MeetUp yang sempurna! Guys, semoga kedepannya bisa terus kaya gini ya! (^▽^)

Langganan: Postingan ( Atom )

About This Blog

Blog ini isinya random abis. Jadi nikmati aja apa adanya semua postingan yang ada di sini ya ;) hehe

About Me

Unknown
Lihat profil lengkapku

Find Me

Facebook  Twitter  Google+ Instagram Path Yahoo

Blog Archive

  • ▼  2015 (21)
    • ▼  Oktober (2)
      • Puncak Bintang, Bukit Moko, Bandung
      • 1818 MDPL untuk Gunung Manglayang
    • ►  Juli (4)
      • alun-alun bdg
      • bukber 1 tahun lalu
      • game master
      • bukber pce1003
    • ►  Juni (6)
      • bday
      • Issi
      • Parahyangan Classical Music Festival 2015
      • Mujigae, Bibimbab & Casual Korean Food
      • Wayang Elektrik
      • Marionette
    • ►  Mei (4)
      • International Mask & Puppets Festival 2015
      • Unforgettable Friendships: Camping
      • itb
      • Unforgettable Friendships: MeetUp Dadakan
    • ►  April (3)
      • Menggali Kenangan Tentang Bandung di Festival Band...
      • Unforgettable Friendships: MeetUp Yang Sempurna
    • ►  Maret (2)
  • ►  2014 (3)
    • ►  Desember (3)
  • ►  2013 (13)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  April (9)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2012 (25)
    • ►  Desember (4)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (7)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2011 (24)
    • ►  November (22)
    • ►  Oktober (2)
  • ►  2010 (14)
    • ►  Desember (5)
    • ►  Oktober (5)
    • ►  September (4)

Popular Posts

  • jatuh cinta sama sahabat?
  • International Mask & Puppets Festival 2015
  • Unforgettable Friendships: Camping
  • Marionette

Labels

  • Camping
  • Festival
  • Kota Baru Parahyangan
  • MeetUp
  • Unforgettable Friendships

Instagram

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.

About

Tessa Aulia

Create Your Badge
Copyright 2014 :●๋• Tessa Aulia •●๋:.
Blogger Templates Designed by OddThemes